ilustrasi - courtesy by google.co.id |
Nah, freemio, suatu
hari seorang teman baik saya, seorang aktivis Islam di Universitas
Diponegoro mengajak saya berdiskusi mengenai ‘menjadi seorang
konseptor’..beberapa kali kami mencoba berdiskusi secara langsung
tapi ternyata Allah belum menghendaki..lalu dia menanyakan kriteria
konseptor menurut saya, krn ga bisa saya jawab langsung jd saya
putuskan untuk menulisnya dan menjawab lewat email.
Berikut transkrip
email saya ke dia dengan beberapa kata yang di edit. Karena emailnya
agak panjang, saya bagi dua bagian: Tingkatan Berfikir (1) dan
Kriteria Konseptor (2).. Cekidot, jgn lupa ummul kitab
***
Tingkatan
Berfikir..pembuka email.
"Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarokaatuh
Alhamdulillah,
akhirnya tulisan ini sampai juga
di antum….aku lagi
pilek nih, wah ga enak banget ngetik
hidungnya sambil di sumpel…hiiii.
Alhamdulillah tapi tetep
heppy karena ana
nulis ini dengan
perasaan semangat berbagi ilmu sama antum n karena
antum jg lagi
semangat nuntut ilmu.
Nah,
sebenernya ana nulis ini sebagai tanggapan karena kita ga jadi
diskusi, jadi ana rangkum aja kisinya di tulisan ini. Jangan protes
ya kalo isinya jelek coz ya ini yang sementara bisa ana
bagi ke antum karena
keterbatasan ilmu..
Sekarang
langsung ke poinnya aja. Kemarin antum mw mbahas tentang
konseptor. Konseptor itu. Mmm,,gmana mulainya ya?? Konseptor, itu
orang yang merencanakan or ngonsep acara, kegiatan, sistem,
organisasi, mm…sbentar…sbentar.
Ehm
ehm. Jadi gini, ,menurut ana, konseptor itu adalaah
mereka yang bukan sekedar merencanakan acara atau kegiatan, tapi konseptor itu mereka yang memiliki kedalaman pandangan mengenai apa yang akan ia buat, siapa yang akan melakukan, apa kemungkinannya, apa dampaknya, serta bagaimana ia menjaga konsistensi apa yang akan ia buat itu. Mudahnya, konseptor itu bukan hanya bos yang memerintah buat acara, tapi juga menejer yang menghendel jalan dan terawatnya acara.
mereka yang bukan sekedar merencanakan acara atau kegiatan, tapi konseptor itu mereka yang memiliki kedalaman pandangan mengenai apa yang akan ia buat, siapa yang akan melakukan, apa kemungkinannya, apa dampaknya, serta bagaimana ia menjaga konsistensi apa yang akan ia buat itu. Mudahnya, konseptor itu bukan hanya bos yang memerintah buat acara, tapi juga menejer yang menghendel jalan dan terawatnya acara.
Ada
beberapa kriteria seorang muslim yang ana
jadikan kriteria seorang konseptor. Tapi
sebelum masuk ke situ kita bahas yang lain dulu. Sekarang kita bicara
tentang bagaimana cara berfikir seorang muslim.
Nah,
tingkat berfikir itu ada 3: Berfikir Biasa (rendah), Berfikir
Menengah, dan Berfikir Mendalam (tinggi).
- Berfikir biasa : adalah cara befikir paling sederhana. Cara berfikirnya hanya sebatas mendapat informasi atau berita atau pengetahuan baru lalu hanya difahami dan disimpan. Sudah. Cuma sampai disitu, ga ada tindakan atau reaksi lanjutan yang dihasilkan. “NO ACTION”. Misal seseorang yang waktu liat berita Pembantaian Kaum Muslim di Pelestina, ia marah besar dan bilang ke semua orang kalau Israel (laknatullah’alaih) itu kurang ajar, tapi setelah itu ia bersikap biasa-biasa aja, waktu ada penggalangan dan ia nyumbang seadanya, waktu ada aksi ia cuma ikut mendukung tapi ga ikut turun ke jalan. Ya intinya cara berfikir biasa hanya membatasi diri cukup tau informasi. Mereka yang menggunakan cara berfikir ini adalah orang seperti kebanyakan. Orang seperti ini jarang dianggap bernilai di masyarakat.
- Berfikir menengah : adalah cara berfikir yang setingkat di atas berfikir biasa. Yang baik dari cara berfikir ini adalah mereka tak hanya membatasi diri pada memperoleh informasi, tapi mereka memiliki keberanian mengambil resiko dan mengambil tindakan. “AN ACTION”. Itu lah ciri unggul mereka yang berfikir menengah. Jadi kalo kasus tadi orangnya ga turun ke jalan, kali ini orang yang berfikir menengah akan memilih ikut turun ke jalan atau bahkan merencanakan aksi, membuat acara penggalangan dana. Contoh kecilnya, kalau kamu di Gamais, kemudian kamu liat disekelilingmu kok akhwat ikhwannya masih pada pacaran, kamu akan berfikir gimana caranya supaya mereka bisa tau kalau itu ga boleh untuk mereka, lalu kamu merencanakan membuat kegiatan yang menarik untuk ‘syi’ar’ supaya mereka tau yang seharusnya mereka lakukan. Jadi bukan sekedar mengkritik, tapi mengambil tindakan. Biasanya mereka memiliki tekad, keberanian, dan punya sifat aktif. Nah, hanya sebagian orang yang seperti ini di Indonesia dan biasanya mereka kelak jadi orang2 sukses dibidangnya.
- Berfikir mendalam (tinggi) : adalah tingkat berfikir paling tinggi. Mereka tidak hanya berfikir sebagaimana cara berfikir menengah, lebih dari itu mereka berfikir mendalam. Berfikir mendalam artinya menemukan hakikat dari apa yang dihadapinya terlebih dahulu, ia fikirkan berulang ulang hingga ia menemukan akar masalah, lalu ia berfikir bagaimana akar masalah itu bisa di cabut dari permasalahan, lalu ia berfikir bagaimana merawat agar tidak tumbuh lagi. Perbedaan dari berfikir menengah dan berfikir mendalam ada pada bagian ‘mana yang mereka selesaikan lebih dahulu’. Pemikir tingkat menengah menyelesaikan masalah yang bersifat cabang (furu’iyah) sedangkan pemikir tingkat tinggi menyelesaikan masalah yang bersifat dasar (ushul). Analogi yang paling sering digunakan misal, ada sebuah rumah yang dilanda hujan lebat, lalu rumah itu bocor, mereka yang berfikir menengah bisa jadi adalah yang paling gesit bertindak, ambil baskom-lap pel, baskom langsung ia taruh persis di bawah bocoran sedangkan ia gesit mengepel lantai yang basah disekelilingnya, alhasil orang lain yang ada di dalam rumah merasa nyaman dan tak takut kepleset karena semuanya sudah dihendel si pemikir menengah ini. Esoknya lagi, ketika hujan lebat kembali melanda, mereka dengan gesit melakukan hal yang sama supaya orang lain kembali merasa nyaman. Nah, apa yang dilakukan pemikir mendalam?? Ketika hujan lebat melanda rumahnya dan bocoran menetes netes ke lantai rumahnya, alih alih mengambil baskom dan lap pel, ia malah melihat ke langit langit, menerka-nerka kenapa rumahnya bisa kemasukan air hujan, sementara ia biarkan dulu lantainya basah ia malah berlari ke belakang, ambil jas hujan, ambil perkakas, usung tangga, lalu, ia keluar ke hujan yang lebat, meletakkan tangganya sampai mantap menjejak tanah, naik, lalu mencari kiranya dimana posisi atap yang tadi membuat rumahnya kemasukkan air hujan, lalu ia perbaiki ditengah sambaran petir dan hempasan hujan, meskipun dia awalnya sedikit takut mungkin kesambar petir tapi daripada rumahnya basah terus ia lebih baik ambil resiko. Kemudian ia turun dan kembali kedalam rumah, dengan wajah lelah, barulah ia mengepel lantainya yang basah di curahi air hujan. Esoknya ketika hujan lebat kembali melanda, ia sedang minum the sambil ndengerin nasyid sementara tetangganya si pemikir menengah tengah sibuk mengepel lantai rumahnya. Nah. Keliatan kan dimana bedanya?? Berfikir mendalam berarti memecahkan akar persoalan, bukan sekedar menangani persoalan. Itu contoh PALING KECIL. Hanya secuplik manusia yang mampu menjadi pemikir mendalam.
Nah,
kriteria seorang muslim dalam menangani
masalah seharusnya mampu menjadi pemikir mendalam (tinggi). Berfikir
mendalam mengenai hakikat permasalahan di dunia, kita sebut ini
sebagai pemikir cemerlang (al fikru al
mustanir). Kebanyakan konseptor cuma
berada di batas befikir menengah, yang penting bikin acara. Lalu
Selesai.
Nah,
kita harus berusaha (kalo mw jadi konseptor yang yang baik) menjadi
pemikir cemerlang. Berfikir fokus ke akar
masalah.
Sementara
ini ana tentu belum bisa sampai situ, masih berusaha meraih posisi
berfikir menengah, itupun megap megap, hhe..hedeh..=__=’. Nah,
tugas antum adalah jadi konseptor yg lebih dari apa yang sedang ana
raih. Antum harus berusaha jadi pemikir
cemerlang di UNDIP sana."
berlanjut.. Secuplik Kriteria Konseptor (bag 2)
berlanjut.. Secuplik Kriteria Konseptor (bag 2)
-lutfi
0 komentar:
Posting Komentar