Rabu, 29 Februari 2012 0 komentar

'Intelektual' atau keluarga 'Gigi' dulu?


Alhamdulillah, setelah vakum satu bulan lebih dari aktivitas nulis, malem ini sepulang kerja (pk 20:56an), Allah masih mengaruniakan kekuatan dan motivasi untuk jemari ini kembali mondar - mandir diatas lantai persegi papan laptop.

Begitulah, puluhan ide untuk ditulis, puluhan yang lain untuk dikritisi, dan puluhan sisanya untuk didiskusikan, terlewatkan begitu saja, hanya karena saya males nyatat dan sekarang saya tidak yakin bisa mengingat salah satu dari puluhan pelintas pikiran itu untuk saya reka ulang di lembar Microsoft Word ini..fuh, itulah akibatnya orang yang males nulis. Saat terlintas ide lalu tidak ditindaklanjuti, bagi kalian yang suka menulis, hati hati, nyesel.

Sedari sore tadi, sewaktu saya masih berada dirumah salah satu adik bimbingan saya di bilangan perumahan Sendang Asri, sepanjang mengajar Dik Melati (SMP kelas VII) pelajaran Fisika, pikiran saya terbagi dua, antara vektor kecepatan dengan arah tema tulisan, antara delta waktu dan kesenjangan bahan artikel, antara mbikin soal GLB sama ngumpulin ide untuk dirangkai. Berkali kali ide untuk menulis terlintas, dan saya ngga bisa apa apa karena posisinya lagi kerja. Salah satu yang masih saya ingat, saya ingin nulis tentang gigi, dokter gigi, mahasiswa kedokteran gigi dan perannya. Hehehe, sebenernya itu gara - gara kemarin saya chating sama temen saya yang mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Hasanudin sana, saya bilang mungkin suatu saat saya nulis tentang dia dan temen temennya di freemium. Saya jadi kepikiran mau merealisasikan itu jadi kenyataan. Beberapa waktu yang lalu ada banyak hal yang siap saya jadikan bahan untuk nulis membahas mahasiswa kedokteran itu, tp amnesia saya rada kambuh keliatannya, lupa td mau mbahas apa aja ya?hhe..

Nah, ya, ada satu hutang saya. Saya inget. Saya pernah janji mau nulis tentang ‘intelektual terpalingkan’ yg sekaligus request mba titik dari kupang. Sebuah frasa yang saya dapat seusai Jalsakh Munah (pertemuan bulanan) dengan sebuah struktur pengkader sebuah parpol Islam, begitu nempel dibenak saya sampai sekarang. Sayangnya waktu itu belum ada kesempatan untuk menulis.

Hmm.. ditilik dari bobotnya, saya rasa sudah tau harus mendahulukan yg mana untuk ditulis. Dimulai dengan ‘Intelektual Terpalingkan’ lalu masalah gigi dan keluarganya.. semoga dimudahkan.

-lutfi
Selasa, 28 Februari 2012 0 komentar

Catatan Merapi I



gotong royong - courtesy by google.co.id (ga punya foto waktu kerja bakti, jd cr gambar di google, hheh)

Alhamdulillah, setelah rehat beberapa jam akhirnya tulisan ini selesai juga dibuat. Sebenarnya akan lebih tepat jika saya bilang ini sebuah catatan. Catatan tentang pengalaman saya selama satu hari diterjunkan ke merapi. Kami berduabelas termasuk saya, ikut dalam tim relawan HTI Tanggap Merapi. Awalnya tugas yang dibebankan pada kami hanya pergi ke dusun Plupuh kecamatan Cangkringan untuk membantu warga bekerja bakti membersihkan jalan dusun dari bekas bekas abu dan hujan lumpur. Tapi selama perjalanan itu saya mendapat banyak pelajaran.. Subhanallah. Ah, saya masih menikmati kesan perjalan minggu pagi kemarin hingga saat saya menulis catatan kecil ini, ditemani senandung Ian Sek Sen Se Lien besutan Kitaro. Pagi buta..selesai subuh tadi.
***
Sabtu, 19 Desember, kami ber-duabelas berkumpul di GOR Meguwoharjo, tempat pengungsian yang sampai saat ini masih menampung sedikitnya 2000an pengungsi, sekaligus posko tempat saya biasa berjaga tiap minggunya. Tepatnya di mushola dadakan Al-Iman. Malam itu malam sebelum penerjunan, kami dibekali training oleh trainer ustadz Rahmad (yg sy kenal sebelumnya beliau dari Spiritual Leadership bersama ustadz Cahyo) yang beberapa kali sudah mentraining saya. Walau begitu, tetap saja selalu memikat. Materi kali itu tentang Standar Hidup Manusia. Beliau menjelaskan dengan sangat menarik dan membuat peserta manggut-manggut dengan berbagai permisala beliau. Tidak terlalu banyak tawa, tapi selalu membuat saya tersenyum faham tiap kali beliau menjelaskan dengan caranya. Standar Hidup Manusia, selama ini ternyata hablur dan buram di masyarakat. Betapa tidak? Syariat yang merupakan panduan dari Pencipta manusia telah dikesampingkan ketimbang nilai-nilai asing buatan manusia itu sendiri yang sejatinya justru membawa masyarakat Indonesia, dunia, dan umat Islam khususnya pada kerusakan tatanan kehidupan dan moral. Pasti anda akan setuju dengan saya ketika telah menyadarinya. Ingin saya membahas tentang hal ini, tetapi mungkin bukan sekarang. Bukan di catatan ini.
Minggu pagi, 20 Desember, setelah kami selesai menunaikan sholat subuh berjamaah, kami lanjutkan dengan diskusi kecil. Tentang banyak hal, yang remeh sampai yang serius. Paginya, sekitar pukul 06.12 usai sarapan pagi, Akh Surur, koordinartor kami dari Posko gegas menuju mushola Al Iman tempat kami berada… “eh! Kirain saya kalian sedang persiapan ato olahraga, saya tungguin di posko kok lama beneer ga dateng-dateng, ga taunya pada leyeh leyehan…ayooh cepetan, sudah
ditunggu warga!!”.
Kami terlambat ke lokasi, warga dusun Plupuh rupanya telah lebih dulu kerja bakti. Kami bergegas menuju lokasi. Sesampainya disana kami disambut hangat warga desa, dan kami jadi malu akan keterlambatan kami. Haduuh. Kerja bakti dimulai. Ada yang nyangkul, ngarit, nyapu jalan, yang main, dan ada yang cuma mlongo ngliatin. Kekompakan warga desa, yang mebuat kesan di hati saya, adalah ketika ditengah-tengah kerja bakti kami dan para bapak, tiba tiba dari dalam dusun, para ibu, anak-anak gadis, laki-laki remaja dan anak anak kecil seketika menghambur dengan kami. Membantu beramai-ramai menyapu cangkulan-cangkulan tanah kami yang berserak…anak anak gadis tanpa canggung turun membantu saya dan yang lain menyapu bekas cangkulan (saya kebagian nyangkul waktu itu).
Jumlahnya banyak, begitu banyak. Maha Indah Allah yang menampakan semua rasa kekeluargaan itu. Saya nyaman berada ditengah tengah mereka, meski sedikit canggung. Pagi itu, kami semua dipeluk sejuk udara Merapi…dan kami bahagia menikmati di antara rimbun pepohon. Oh..andai di kampung saya seperti itu..hihi..
Setelah selesai, saya dan Akh Surur ngobrol ringan berdua sambil menunggu teman-teman relawan yang lain bergabung bersama kami. Dari obrolan itu saya belajar, sebenarnya perilaku warga desa di Jawa sebagai sebuah keluarga sekaligus tim dapat dibaca dari cara mereka bekerja bakti. Mereka umumnya hangat dan saling mengormati satu sama lain. Kekompakan mereka ditunjukan lewat kepedulian mereka meringankan beban bersama-sama. Pengikatnya adalah komunikasi verbal disertai canda tawa. Meski tak jarang, terlihat kentara ketika di antara mereka ada ketidaksukaan karena sesatu, biasanya masalah lahan. Diluar itu, sayangnya menejemen mereka lemah. Tidak ada koordinasi. Tidak ada pembagian tugas. Yang penting mereka tau apa yang mau dikerjakan, lalu dikerjakan. Sampah tidak dikumpulkan di satu tempat lalu dibuang ditempat yang direncankan melainkan hanya disapu ketepian supaya jalan terlihat beres. Belum rapih.
Oh iya, mereka yang sudah sepuh justru memiliki semangat yang lebih tinggi dari yang lain meski berbanding terbalik dengan tenaga mereka. Saya senang kalau melihat beliau-beliau berbicara dengan semangat pada kami seolah kami cucunya sendiri. Suwun nggih mbah..hehe.
Lepas tugas kami dari dusun Plupuh, setelah sebelumnya kami dijamu makan oleh kepala dusun, kami melanjutkan perjalan ke daerah lokasi wedhus gembel di wilayah Umbul Hardjo.
Sepanjang perjalanan, satu yang bisa saya ceritakan. Macet. Semua orang bergilir naik turun merapi. Tapi anehnya, mereka adalah Avansa, Honda Jazz, Land Rover dan motor motor berpenumpang muda mudi, bapak-ibu-anak lengkap dengan kacamata artisnya…ada apakah gerangan??…mencurigakan!
Kami melewati shelter Janggalan, tempat dimana sedang dibangun pemukiman sementara bagi korban Merapi. Pondasinya semen dan batu, temboknya anyam bambu, tiangnya bambu tua, atapnya seng. Belum semuanya rampung dibangun..baru sebagian.
Ke atas lagi kami mulai menemui pohon-pohon yang hangus dan mati..wilayah tandus..tapi bukan karena wedhus gembel, mungkin hanya debu panas. Wajah Merapi terlihat mulai garang. Ceruknya begitu jelas terlihat.
Dan, sampai juga kami di wilayah terparah akibat terjangan awan panas. Macet. Dan terjawab sudah heran saya. Mulai dari beberapa ratus meter sebelum tempat kami berhenti sekarang, para warga yg entah relawan atau bukan tetapi memakai baju relawan, mulai menarik karcis wisata, Rp 5000 per orang, belum termasuk parkir. Ternyata hilir mudik tadi bukan warga Merapi sesungguhnya, tetapi warga jogja dan daerah lain yang ingin berwisata..?? Nah, baru saya tahu paska diturunkanya status merapi, tempat angker ini jadi lokasi wisata. Heran. Padahal pengungsipun belum sepenuhhya kembali dari pengungsian, tapi wisatawan malah lebih dulu mengungsi ke daerah bencana.
Masyaa Allah. Apa yang ada dihadapan kami saat ini, membuat saya terusterang takjub sekaligus ngeri. Maha Besar Allah yang telah membelah merapi hingga kaki-kakinya yang kekar dengan begitu dahsyat. Tanah kering tandus disapu ribuan derajat celsius panas. Pohon ditempat saya berdiri hangus dan menjadi runcing runcing ujungnnya, pohon kelapa sekarang nampak seperti pohon kurma kelewat matang di terik matahari, plastik dan karet perabot meleleh, kusen jendela dan pintu hangus, rumah roboh seperti diterjang tsunami dan sepanjang mata memandang tanah hanya tandus, pohon rata tanah, batu, kerikil dan bau hangus yang masih bertahan. Ngarainya begitu dalam, hasil bentukan lahar dingin ke arah kali Code. Grand canyon, persis.
Wedhus gembel meluluh lantakkan semua kehidupan yang dilewatinya.
Namun, rupanya Allah selalu memberi hikmah disetiap kejadian yang menimpa hambanya. Tidak akan pernah Ia membebani suatu kaum melebihi apa yang mampu mereka pikul dipundak. Seperti yang terlihat saat ini, mereka memiliki mata pencaharian baru, berjualan ditempat wisata yang memungkinkan mereka berpenghasilan lebih dari sebelumnya. Salak Vulkanik sekarang menjadi tren baru di sini. Ada ada saja. Lahirlah para tentara-tentara langit (begitu mereka menyebut para penambang pasir liar) yang mengeruk berton-ton pasir sisa erupsi Merapi. Kantong mereka kini tebal. Truk-truk hilir mudik, kendaraan parkir melimpah ruah. Penjual tiket ada di setiap simpangan. Bantuan ke tenda pengungsian selalu datang dan pasokannya terjamin. Meski kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan normal, tetapi ada panorama baru di wilayah ini…ada musibah, dan Allah memberi lanjutan ayat kauniahNya dengan berkah melimpah. Seperti halnya lumpur di Porong, Sidoarjo, yang menjadi objek wisata setelah menjadi bencana. Selain itu, kelak, tanah tandus ini mungkin akan jauh lebih subur karena unsur hara telah Allah keluarkan dari perut bumi, begitu juga mineral. Maha Besar Allah.
Begi mereka yg tersapu awan panas, saya berbaik sangka, pasti karena Allah juga masih sayang pada mereka. Tak ingin hambaNya terus menerus berada dalam ke-syirikan dan dosa, alangkah indah jika Allah mengangkat ruh-ruh mereka. Ah, sekali lagi, saya hanya berbaik sangka.
Allah pula, yang dengan musibah ini, menciptkan ladang amal dan pahala bagi kita yang peduli. Menggerakkan elemen negara ini menjadi padu dan kompak, paling tidak untuk sebagian masalah. Dan Allah yang kemudian memberi peringatan pada kita untuk lebih mendekatkan diri pada Nya..
Jadwal kami hanya sampai pukul 11.00..dan kami ada pada pukul 11.30. Setengah jam lewat dari jadwal kami. Awan-awan mulai menggelayuti puncak puncak merapi. Angin makin kencang menghantam tubuh kami. Terlihat mendung mulai membayangi hawa sejuk yang menyeruaki punggung-punggung pasir yang kami injaki. Pertanda hujan hampir tiba. Saya teringat kata kepala dusun Plupuh saat berbincang di rumah beliau. Hujan selalu datang tiap hari kata beliau, dimulai tengah hari, dan sekarang mulai menjelang tengah hari. Kami pun bergegas menuruni lereng berdesak-desakan dengan pengunjung, mengambil perkakas dan motor yang kami bawa.. lalu kami pulang kembali menuju Posko relawan HTI di GOR Meguwoharjo..
***
Demikian perjalanan singkat saya hari minggu itu. Banyak ibrah yang membuat saya ingin segera kembali kesana. Saya berharap penerjunan minggu depan akan lebih banyak pelajaran yang Allah berikan pada kami. Amin….

00:30-03.45
20 Des 2010
kamar kos wonocatur…
-lutfi
'wisata' lokasi bencana - courtesy by google.co.id

0 komentar

Secuplik Kriteria Konseptor (bag 2) - selesai


liqo - courtesy by google.co.id


Di bagian kedua ini, saya dimintai pendapat mengenai proker yang bagus..berikut lanjutan email sebelumnya..Cekidot, jgn lupa ummul kitab J

***

Kriteria Konseptor..e-mail selesai..

"....Nah kita lanjut ke bekal selanjutnya. Sebentar, ana cari dulu catetan ana………………
Nah, ketemu..
Ada hal lain yang menurut ana menjadi kriteria ketika kita ingin jadi konseptor handal. Kriteria ini sekaligus membawa kita pada bagian menjadi generasi Rabbani. Seorang muslim itu hendaknya; (‘alim n mutsaqqof), (faqih), (al bashirah bis siyasah), (al bashirah bit tadbir), n  (al qiyam bis su-unir ra’iyah li mashlahatid dunya wad diin)..nah itu dia lima kriteria generasi rabbani yang
harus dimiliki muslim konseptor kalo menurut ana.

1.       ‘Alim dan Mutsaqqof
Berilmu dan berwawasan
2.       Faqih
Menguasai masalah dari berbagai sisi dan masalah
3.       Al Bashirah bis Siyasah
Memiliki kedalaman pandangan tentang politik dan mampu mengelola sebuah kebijakan
4.       Al Bashirah bit Tadbir
Memiliki kedalaman pandangan mengenai menejemen dan mampu menempatkan sumber daya pada posisi semestinya
5.       Al Qiyam bis Su-unir Ra’iyah li Mashlahatid Dunya wad Diin
Mampu mengaplikasikan n mengimplementasikan poin 3-4 dan mendasarkannya pada kepedulian kita pada kepentingan publik.

                Hmm apa lagi ya?
                Kayaknya untuk jadi  dasar itu dulu. Kalo udah bisa melakukan itu semua, insya Allah bisa jadi konseptor paling jempolan. Eh..tapi ada satu syarat yang penting, sangat penting. Orang ini harus punya akhlak muslim dulu. Itu dulu. Dengan akhlak kita terjamin, kita bisa jadi teladan (uswah), itu sudah bisa mencukupi. Nah, yang lain lain, kaya misal menejemen, prinsip2 organisasi, dll, itu bisa dipelajari sambil jalan..

                Program kerja. Yang satu ini ana mending ga terlalu banyak campur tangan. Kreativitas antum lebih cess pleng daripada ana .hhe. Kalo menurut ana, proker yang baik n bermanfaat adalah proker yang jalannya berkesinambungan n ga terputus. Jarak satu ke yang lain ga terlampau jauh supaya obyek yang dibina juga ga lepas. Misal, pengajian rutin tiap bulan n materinya mendalam itu bagus, tapi kalau jarak waktunya antara kajian satu ke yang lain jauh juga manfaatnya sedikit coz kemungkinan lupanya besar. Lebih baik kajian dibuat perminggu (rutin) dan materinya mendalam tapi bertahap. Mereka yang istiqomah ikut kajian, selanjutnya bisa ditawari untuk ikut kajian yang lebih intensif n dibuatkan kelompok sendiri n dipanggilkan murabbi (ustadz-ustadzah) sendiri. Dengan yang seperti ini, antum secara ga langsung sudah membentuk kader da’wah yang nantinya bisa antum mintai bantuan untuk ikut mbantu mengembangkan program kerja antum.

                Entah benar atau ga pandangan ana, tapi menurut ana, program kerja yang besar2 kaya bazaar, warmus, acara training, bedah buku, dsb itu masukknya syi’ar. Sedangkan ana menaruh pengertian da’wah itu pada acara2 kecil tapi intensif kaya liqa’at, halaqoh, n kajian2 khusus yang ada kaderisasi di dalamnya. Tapi sekali lagi itu entah benar entah salah. Nah, sebaiknya antum menyusun proker di kedua sisi itu, syiar dan da’wah, proker besar dan proker pembinaan yg lebih intensif untuk ikhwah fakultas.

                Oke, kayaknya ana nulis kelewat banyak  ya, …hihi
                Sampe sini ada pertanyaan??
                Gimana, ada pertanyaan?? Wah, ga ada jawaban. Brati ga ada pertanyaan..hihi. sip.
                Sekian dulu dari ana, maaf kalau banyak kurangnya, smg kita bisa diskusi lagi
    Kalau ada pertanyaan or hal yg mau didiskusikan, sms aja, nanti kita bahas, entah itu lwat e-mail
    or lewat media lain.


“ ..Ber amal lah, maka Allah akan melihat karya kalian, juga Rasul-Nya, dan orang-orang beriman..”
(at Taubah 105)

“..itulah mereka sedang menyusuli aku.
Dan aku bersegera kepada-Mu Ya Rabbi, agar Engkau ridha (kepadaku).”
(Thaha 84)

“Tidak ada iri hati kecuali dalam dua perkara (yaitu) orang-orang yang diberi harta oleh Alla lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar, dan orang yang dikaruniai ilmu dan kebijaksanaan lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya.”
(Bukhari)

SEMANGAAT !!!
ALLAHU GHOYATUNA!!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh"


Tadi itu akhir e-mail ana. Semoga bermanfaat J
-lutfi
Jumat, 24 Februari 2012 0 komentar

Secuplik Kriteria Konseptor (bag 1)

ilustrasi - courtesy by google.co.id


Nah, freemio, suatu hari seorang teman baik saya, seorang aktivis Islam di Universitas Diponegoro mengajak saya berdiskusi mengenai ‘menjadi seorang konseptor’..beberapa kali kami mencoba berdiskusi secara langsung tapi ternyata Allah belum menghendaki..lalu dia menanyakan kriteria konseptor menurut saya, krn ga bisa saya jawab langsung jd saya putuskan untuk menulisnya dan menjawab lewat email.
Berikut transkrip email saya ke dia dengan beberapa kata yang di edit. Karena emailnya agak panjang, saya bagi dua bagian: Tingkatan Berfikir (1) dan Kriteria Konseptor (2).. Cekidot, jgn lupa ummul kitab

***
Tingkatan Berfikir..pembuka email.

"Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh

Alhamdulillah, akhirnya tulisan ini sampai juga di antum….aku lagi pilek nih, wah ga enak banget ngetik hidungnya sambil di sumpel…hiiii. Alhamdulillah tapi tetep heppy karena ana nulis ini dengan perasaan semangat berbagi ilmu sama antum n karena antum jg lagi semangat nuntut ilmu.
Nah, sebenernya ana nulis ini sebagai tanggapan karena kita ga jadi diskusi, jadi ana rangkum aja kisinya di tulisan ini. Jangan protes ya kalo isinya jelek coz ya ini yang sementara bisa ana bagi ke antum karena keterbatasan ilmu..
Sekarang langsung ke poinnya aja. Kemarin antum mw mbahas tentang konseptor. Konseptor itu. Mmm,,gmana mulainya ya?? Konseptor, itu orang yang merencanakan or ngonsep acara, kegiatan, sistem, organisasi, mm…sbentar…sbentar.
Ehm ehm. Jadi gini, ,menurut ana, konseptor itu adalaah
0 komentar

CERITA DARI KALIORI

Senyuuuuuuum :)
Freemium! This is Free but Premium!
Foto ini cuplikan kegiatan Bakti Sosial teman-teman SMA Negeri 1 Purwokerto yang terdiri dari alumnus, alumnus Rohani Islam (Rohis), pengurus Rohis, dan insan mulia yang tergerak hatinya. Lokasi baksos di Desa Kaliori kala itu Jumat, 10 Februari 2012.
Membahagiakan dan menarik ketika kita bisa berbagi, bahkan tertawa bersama mereka saja sudah demikian memberi ''suasana syukur" yang berbeda. Terlepas dari segala kondisi kekurangan, jauhnya lokasi dan lainnya, hal menarik buatku adalah fakta-fakta ini.
Ngggg.....baiklah, yang pertama adalah mereka masih tinggal di lingkungan yang kurang sadar perlunya pendidikan dini dan agama. Di daerah itu alhamdulillah telah ada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan alhamdulillah pula ada siswanya, hanya saja orang tua kenapa tidak maksimal mendukung pendidikan dini untuk anak dengan menciptakan suasana cerdas dan peka di keluarga? Apa iya jawabannya karena pendidikan orang tua mereka bisa dikatakan rendah dan kurangnya kesadaran untuk memberi pendidikan yang lebih intensif dan intim? Lantas bagaimana dengan pendidikan agama? Kok yang ngaji di TPQ (Taman Pendidikan Qur'an) habis dihitung pakai jari yaaa?*sign Setiap sore sebenarnya bisa lho adik-adik ngaji di mushola. Ooh kalau ibu-ibunya, ada pengajian setiap Minggu pagi, alhamdulillah yah Buuuuu .........tapi jangan cukup ngaji di sana dan sekali seminggu saja :) Kan madrasah pertama itu ada di dalam keluarga, yaitu IBU :) Semoga wanita-wanita shalihah yang membaca selalu diberikan kelapangan dan keberkahan ilmu, aamiin. Bapak-bapaknya ngajinya kapan? Imam imam keluarga :D

Kembali ke foto, bersamaku ada dua adik kita yang shalihah (aamiin), si manis biru itu namanya Nita, duduk di bangku SMP, jadi biasa dipanggil Mba Nita (dia kenalan sama aku aja menyebutkan ''mba'' haha berarti saya masih muda :p). Di sebelahnya, Tria, masih kelas 2 SD. Waktu sharing sama adik-adik ini, banyak hal yang aku tanyakan, mulai dari kabar, rumah, sekolah, pekerjaan orang tua, jumlah saudara, hobi, dan banyak lagi. Tapi... hal yang menyita perhatian adalah pertama tentang NGAJI. Nita katanya udah ngaji Al Qur'an, berarti lulus Iqro, kalau Tria masih Iqro tapi maaf aku lupa dia sudah Iqro berapa =.=v  Saat ditanya, hafalan suratan, kenapa jawaban keduanya kompak : AN NAS! Iya tau kalau kita manuisa ( an nas) tapi kenapa An Nas? Oooh karena aku belum yakin, aku lantunkan petikan awal surat Al 'Asr, mereka bisa melanjutkan alhamdulillah...mungkin lebih familiar dengan surat "Wal 'asri'. Lanjut lagi "idzajaa..............." alhamdulillah mereka masih tau. Hipotesa sementaraku adalah, sebenarnya mereka kurang tau nama suratnya, tetapi tau kok surat dan bacaannya :) Bagaimana dengan kita? Hapal nama suratnya? Atau langsung aja tau bacaannya? Wah subhanallah ada yang tau keduanya hohoho :D  Hal berikutnya adalah cita-cita! Sampai aku ulangi 3 kali pertanyaanku tentang cita-cita, mereka kompak (lagi) menjawab : TIDAK TAHU sembari tersenyum merunduk malu. Ah.....kenapa belum punya cita-cita? Sebatas jawaban spontan atau mimpi yang jelas berkhayal saja tidak. Hello, tau kah kawan, semasa umurku kurang lebih 3-4 tahun kalau ditanya cita-cita, aku jawablah itu ingin menjadi pengantin :p Yah, usahaku untuk "memancing" cita-cita kedua adik ini dengan memberikan gambaran tentang mimpi, masa depan, kasih sayang, dan semangat yang semoga menular kepaduku pula. Ayo, mulailah bercita-cita, mulailah bermimpi, mulailah berharap  because hope is a dream that doesn't sleep =D


...makasih Ukh Halida Pamulatjati udah jadi backgroud foto :p...
...Hello, Lutfi, lanjutkan tulisanmu! :D...
Rabu, 22 Februari 2012 0 komentar


Assalamu'alaikum.

A warm welcome, Hello Freemium!

This is Free but Premium!

0 komentar

siapa bilang kerja keras bikin orang mati??
klo klenger iyaa..haha..
Freemium. Diberdayakan oleh Blogger.
 
;